Mendagri : Inovasi Merubah Bahan Sawit Jadi Bahan Sabun yang Dilakukan PT Wilmar Patut Jadi Contoh

Share This Post
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

JAKARTA, Jatimexplore.net – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian secara resmi menerima bantuan berupa peralatan medis dan bahan untuk hand sanitizer dari PT Wilmar Nabati Indonesia dan Tanoto Foundation. Usai, menerima bantuan Mendagri memuji inovasi yang dilakukan PT Wilmar, mengkonversi bahan minyak kelapa sawit menjadi bahan hand sanitizer.

Menurut Mendagri, inovasi ini patut dicontoh pihak lain. Sebab, di tengah masa darurat, berperang melawan Covid-19, dibutuhkan kreativitas dan inovasi dari semua elemen bangsa dengan perannya masing-masing. Inovasi yang dilakukan PT Wilmar, mengkonversi bahan minyak sawit menjadi bahan hand sanitizer, tentu sangat diperlukan untuk menanggulangi penyebaran Covid-19. Hand sanitizer sendiri sangat dibutuhkan tak hanya oleh masyarakat, tapi juga tenaga medis. Hand sanitizer adalah senjata efektif untuk melindungi dari kemungkinan tertular virus Covid-19.

“PT Wilmar adalah salah contoh sukses dari konversi pabrik minyak goreng menjadi produsen deterjen sebagai alat perang melawan Covid-19,”katanya.

Tito pun berharap, inovasi yang dilakukan PT Wilmar yang berhasil mengkonversi minyak sawit menjadi bahan hand sanitizer bisa ikuti oleh perusahaan lainnya. Sehingga ada banyak perusahaan yang ikut turun tangan dalam perang melawan Covid-19. Tito yakin jika banyak pihak yang turun tangan, perang melawan Covid-19 bisa lebih optimal. Apalagi, jika ada banyak inovasi yang bisa jadi senjata dalam melumpuhkan virus. Seperti hand sanitizer yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini.

” Kira berharap bantuan bapak bisa mentriger para penguasah lain, produsen-produsen lain yang potensial untuk mengkonversi usahanya menjadi usaha ini, misalnya pembuatan masker juga banyak yang bisa bergerak karena masker-masker juga sangat dibutuhkan sekali. Apalagi sudah ada perintah dari bapak Presiden agar masyarakat menggunakan masker, kalau ada masker yang dijual standar harga murah tentu akan lebih mudah bagi masyarakat,” kata Tito.

Kata Tito, menurut para pakar kesehatan, Covid-19 ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya tidak kuat dengan ultraviolet. Kemudian tidak kuat dengan suhu 56 derajat selama 30 menit. Dan kuat juga dengan perlarut lemak atau “lipid solvent”.

” Kenapa? Karena pembungkusnya adalah bagian lemak. Kalau lemaknya dihancurkan oleh pelarut lemak, sabun, deterjen atau apapun seperti bentuk shampo yang bisa melarutkan lemak dia akan mati,” kata Tito.

Virus Covid-19 juga menurut penelitian, kata Tito, tidak kuat dengan alkohol atau etanol dengan kandungan 70 sampai 75 persen. Covid-19 juga tidak dengan disenfektan yang mengandung klorin. Tidak kuat oleh klorofon yang dipakai untuk obat bius. Kata Tito, bahan-bahan yang ia sebutkan itu berdasarkan hasil penelitian dari Komisi Nasional Kesehatan China.

“Nah, sekarang kita melihat bahwa Indonesia memiliki potensial untuk menyiapkan alat perang, kalau kita anggap ini perang. Pengertian perang ini sudah banyak dipakai oleh beberapa Negara. Nah alat perangnya apa? Alat perang kita yang utama selain alat-alat kesehatan, tentu alat-alat yang bisa mematikan Covid-19 itu, ya ini lipid solvent, alkohol, pelarut lemak, sabun, shampo, deterjen, “katanya.

Indonesia, lanjut Tito, memiliki bahan dasar yang luar biasa cukup. Salah satunya bahan dasar untuk membuat sabun, deterjen atau shampo. Bahan dasar itu berasal dari minyak kelapa sawit. Dan Indonesia adalah produsen nomor 1 di dunia untuk minyak kelapa sawit, diikuti oleh Malaysia, Thailand dan lainnya.

” Artinya kita memiliki peluang untuk menciptakan alat perang, menciptakan sabun, deterjen,” ujar Tito.

Dalam kesempatan itu juga Tito mengungkapkan, jika ia telah membentuk tim khusus. Tim ini ia tugaskan untuk melihat dan merekap kebutuhan akan alat perang seluruh Indonesia baik provinsi, kabupaten atau kota. Menurutnya, apa yang dilakukan PT Wilmar bisa diikuti oleh yang lainnya, berhasil mengonversi bahan dari minyak sawit menjadi bahan hand sanitizer, sabun atau deterjen. Bahkan, ini jadi peluang bisnis yang luar biasa di tengah kesulitan ekonomi karena pandemi. Peluang bisnis yang bisa menyelamatkan dan membantu ekonomi nasional.

” Kenapa? Bukan hanya dalam negeri permintaanya tinggi, seluruh dunia sekarang sudah hampir 208 negara terkena Covid-19, tidak ada pandemi terluas yang bisa mengalahkan Covid-19 dalam sejarah umat manusia. Ini pandemik terluas dalam sejarah umat manusia dan kita semua menjadi saksi sejarah. Nah jadi “demand” dalam negeri tinggi, demand luar negeri tinggi, oleh karena itulah waktu itu tanggal 14 April Bapak Presiden dalam ratas sudah memerintahkan untuk apapun industri yang bisa dikonversi, diversifikasi untuk membuat alat-alat perang ini. Membantu masyarakat sekaligus juga membuat peluang bisnis, dalam dan luar negeri,” tutur Tito.

Karena itu, ia sangat berterima kasih kepada PT Wilmar yang sudah mengambil langkah cepat untuk memproduksi sebagian dari hasil produknya ke pembuatan hand soap atau sabun cair. Sabun cair adalah senjata paling ampuh untuk menghindari Covid-19 yakni jadi bahan untuk cuci tangan. Dengan sabun atau deterjen virus mati.

” Bukan karena airnya dia mati, tapi karena pelarut lemak sabun itu. Makanya saya mengimbau rekan-rekan, pengusaha lainnya termasuk UMKM bisa hidup dengan merebut permintaan yang sedang tinggnya dari seluruh dunia. Kemudian yang lain, saya kira produk alkohol juga banyak kita. Covid-19 ini juga mati dengan alkohol tapi ya alkoholnya harus di atas 65 persen ketas. Negara Indonesia, negara tropis banyak pohon kelapa dan nira. Perusahaan -perusahaan kimia alkohol juga ada, home industry juga banyak sekali,” katanya.

Ini tentunya jadi peluang bisnis di tengah cobaan, kata Tito. Misalnya, alkohol yang tadinya dijadikan bahan untuk buat arak, atau tuak cap tikus, bisa dikonversi untuk menghasilkan alkohol yang efektif bunuh Covid-19. Intinya, saat masa perang melawan virus ini, semua elemen harus all out.

” Kita harus all out semua baik pemerintah, swasta, masyarakat juga bergerak semua untuk memproduksi alat perang kita menghadapi Covid-19,”katanya.

Tidak lupa Tito berjanji, akan menghubungkan antara produsen dengan pasar. Karena kasihan juga, produsen sudah memproduksi bahan banyak, tapi tidak dipakai.

” Nanti yang minta dia tidak tahu mau minta kemana, itu salah satu tugas Kemendagri, kita ada tim yang disiapkan untuk itu, ” katanya.

Di acara yang sama, MP. Tumanggor, Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia mengungkapkan bahwa inovasi yang sekarang dilakukan perusahaahnnya tidak terlepas dari peran Tito sebagai Mendagri. Ia pun kemudian bercerita, saat dia hadir dalam acara kunjungan kerja Mendagri ke Palembang. Saat itu Mendagri dalam pertemuan dengan para kepala daerah di Palembang, menjelaskan dengan detil apa yang harus dilakukan menghadapi perang Covid-19.

” Oleh karena itu pada saat itu saya ngomong dengan beberapa Dirjen bapak (Mendagri) untuk membuat sabun cuci tangan. Dan kami sudah memproduksi. Sebetulnya produksi pertama kami pak, dan minggu depan kami akan menyerahkan juga kepada BNPB pak sebanyak 5 ton untuk di bagikan ke rumah-rumah sakit yang ada di Jakarta, khususnya dulu pak. Karena itu pada kesempatan ini kiranya bapak berkenan menerima bantuan kami sedikit ini tapi mudahan sangat bermanfaat bagi masyarakat kita,” Tumanggor.(rls/robert)

#Puspen Kemendagri#

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *