Pemilih Dungu, Cerdas dan Amplop.

Share This Post
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

SUMENEP, Jatimexplore.net – Mengikuti dinamika perkembangan politik di negeri ini InsyaALLAH jauh lebih baik daripada menganggap nonsens, bahkan bersikap apatis terhadap pergulatan politik yg terjadi, kenapa bisa demikian? Sebab, negeri ini menggunakan sistem Demokrasi pemilihan umum secara langsung terhadap figur yg hendak dijadikan wakil atau pimpinan oleh pemilih (dalam hal ini rakyat/masyarakat Indonesia), wakil bisa diartikan kepada mereka yang mengikuti pemilihan langsung di legislatif (DPR, DPRD I, DPRD II, dan DPD) sedangkan pimpinan bisa diartikan kepada mereka yg mengikuti pemilihan langsung di tingkat eksekutif (Bupati, Gubernur, dan Presiden).

Dengan cara yang bagaimana dan seperti apa seseorang akan menentukan pilihan terhadap para wakil dan calon kepala daerah ?. Apa cukup dengan hanya dengan melihat foto yang ada di surat suara pada waktu di bilik suara ? Atau hanya cukup dengan mengenal person calonnya tanpa harus mengetahui lebih jauh dari Partai mana dia mencalonkan diri ? backgroundnya seperti apa?. Saya kira jika demikian kenyataannya, tak ubahnya memilih kucing dalam karung, dan pemilih yang seperti ini dikategorikan pemilih dungu (pinjam kata kata Rocky Gerung).

Sebaliknya ada pemilih yang bisa dikategorikan pemilih cerdas. Pemilih cerdas bisa dipastikan merupakan pemilih yang berkualitas. Pemilih yang cerdas tidak serta merta memilih kucing dalam karung, tetapi akan melihat karung itu milik siapa ? Darimana datangnya karung tersebut ? Bagaimana karung itu bisa menjadi bungkus daripada kucing kucing yang ada didalamnya ?. Setelah pertanyaan pertanyaan kritis tersebut terjawab baru melihat kepada isi dalam karung, kucing kucing yg ada di dalamnya jenisnya apa saja? Warnanya ada apa saja ? Asalnya darimana ? Track recordnya seperti apa ? Dengan kata lain, cocok karungnya belum tentu kucing kucing yang ada di dalamnya juga masuk kepada selera pemilih cerdas, mengapa bisa demikian ? karena masih begitu banyak karung karung yang ada di sebelahnya yang juga menawarkan kucing – kucing yang ada di dalamnya dan bisa jadi jauh lebih bagus dari karung yang sudah teridentifikasi tadi.

Ada lagi karakter pemilih yang bisa dikategorikan dengan pemilih amplop. Karakter pemilih amplop inilah yang mengakibatkan proses dan tujuan demokrasi di negeri ini menjadi jauh dari apa yang menjadi ekspektasi dari semua lapisan masyarakat yang ada di negeri tercinta ini. Makna amplop jika dilihat di buku Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sampul surat. Nah, dari makna tersebut sudah jelas untuk apa sebenarnya amplop itu dibuat? Namun, seiring berjalannya waktu ternyata amplop beralih fungsi kepada bungkus/sampul apa saja yg dimasukkan di dalamnya, selagi amplop itu belum penuh maka akan diterima begitu saja didalamnya. Begitulah kira kira gambaran kecil dari pemilih yang berkarakter amplop yang dengan keberadaannya tidak sedikit pula figur figur terpilih menjadi koruptor dengan pertimbangan sewaktu pencalonan dirinya begitu banyak amplop amplop yang telah dikeluarkan.

Menjadi pemilih yang dungu, cerdas maupun amplop juga merupakan suatu bentuk pilihan bagi kita. Apakah kita akan bersikap apatis, dan nonsen terhadap perkembangan dinamika perpolitikan di negeri kita ini lalu hanya tiba tiba asal memilih, atau malah sebaliknya kita mengikuti setiap perkembangannya yang dari waktu ke waktu cukup dinamis perkembangannya yang hal tersebut pada akhirnya akan menjadi referensi bagi kita untuk menentukan pilihan saat waktunya sudah tiba di bilik suara. Atau yang lebih parah baru bersedia datang ke bilik suara untuk menentukan pilihan kepada salah satu calon karena sudah menerima amplop dari calon tersebut, Naudzubillah !!!.(ADB).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *